Sejarah Puasa Asyura
Pernahkah kamu bertanya dan ingin tahu tentang sejarah puasa Asyura. Puasa Asyura sendiri adalah salah satu puasa sunnah yang memiliki banyak pahala jika dikerjakan. Puasa ini dilakukan pada waktu tertentu. Yakni pada bulah Muharam. Maka tak jarang puasa ini disebut pula dengan nama puasa Sura.
Jika ingin menjalankan puasa ini, kamu bisa melakukan puasa di tanggal 9 Muharam. Atau hari ke 9 di bulan Muharam.
Niat Puasa Asyura
Untuk niatnya sendiri adalah sebagai berikut :
Sudah tahu niatnya tapi belum tahu sejarahnya pastinya belum lengkap ya. Dan berikut ini adalah sejarahnya.
Sejarah Puasa Asyura
Jika dilihat dari asal muasal dan sejarahnya, penamaan puasa Asyura sendiri sudah diberikan jauh sebelum datangnya agama Islam. Atau sebelum agama Islam dinyatakan sebagai agama yang sempurna dengan Nabi Muhammad SAW yang menjadi pembimbingnya.
Hal ini kemudian memunculkan banyak pertanyaa mengenai apakah pada masa itu masyarakat Arab dan Masyarakat Yahudi sudah melaksanakan ibadah puasa ini atau belum.
Oleh sebab itu para sejarawan mencoba menggali mengenai ibadah apa saja yang sudah dilaksanakan oleh masyarakat Arab yang tinggal di daratan Arab sebelum datangnya Islam.
Pada masyarakat Arab, puasa sendiri diartikan dengan tindakan menahan diri dari makan dan juga minum. Serta dari hubungan badan antara laki laki dan wanita baik yang sudah sah menikah, hal ini tertuang dalam arti Al – Shaum yang sebenarnya. Lalu ada istilah puasa yang berasal dari Al – Shamit yang merupakan sebuah tindakan berdiam diri termasuk tidak berbicara.
Pada zaman sebelum datangnya Islam dan ajaran Nabi Muhammad SAW, kenyataannya masyarakat Arab sudah mempraktikkan ibadah puasa. Baik Al – Shaum mau pun Al – Shamit. Bahkan masyarakan Yahudi serta Nasrani kala itu sudah menjalankan ibadah puasa Al – Shaum dan tata caranya pastilah berbeda dengan puasa yang kita jalankan sekarang.
Dan masyarakat Jahiliyyah atau disebut juga dengan peradaban Arab Pra – Islam juga sudah menjalankan puasa dengan mencoba mengikuti apa yang dilakukan masyarakat beragama Yahudi dan Nasrani pada masa itu.
Ibadah puasa yang dilaksanakan oleh masyarakat Arab adalah masyarakat Yastrib yang memang selama ini sudah hidup berdampingan. Sedangkan masyarakat Arab yang tinggal di Irak dan Syam beribadah puasa mengikuti ajaran orang Nasrani yang memang hidup berdekatan dengan mereka.
Sedangkan masyarakat Arab yang tinggal di Mekkah pada saat itu menjalankan tradisi puasa yang berbeda. Yakni Al – Shamit yang merupakan tradisi puasa yang biasa dilaksanakan oleh masyarakat Arab yang beragama al – Hanifiyyah. Puasa ini dilakukan dengan cara berdiam diri selama beberapa waktu. Dan merenung di sebuah tempat. Misalnya di tempat sepi seperti gunung dan gua.
Gua Hira tempat Rasulullah SAW mendapatkan wahyu pertamanya pun juga sering digunakan sebagai tempat untuk berdiam diri selama menjalankan ibadah ini.
Nah, untuk puasa yang dilaksanakan pada hari Asyura sendiri. Atau puasa Asyura dikabarkan jika puasa ini sudah dilaksanakan oleh masyarakat Arab yang ada di Mekkah. Puasa ini dilaksanakan pada hari ke 10. Dan bertepatan pada bulan Muharam. Pada waktu ini, masyarakat Arab tak hanya menjalankan ibadah puasa saja. Namun bertepatan pada hari tersebut kain yang menutupi Ka’bah pun akan diganti. Dan tradisi ini merupakan perayaan yang sangat meriah kala itu bagi masyarakat Arab.
Hari tersebut dipilih dikarenakan pada tanggal tersebut diyakini jika para leluhur yang sudah melakuka dosa dosa yang sangat besar akan diampuni dosanya jika melaksanakan ibadah tersebut. dan perayaan penggantian kain Ka’bah. Sehingga puasa pun dilakukan sebagai simbol penghapusan dosa dan rasa syukur sebab telah diampuni segala dosa dosanya oleh Sang Maha Pecinpa.
Salah satu hadist pun mengungkapkan jika Nabi Muhammad selalu menjalankan ibadah puasa Asyura. Sejak beliau masih tinggal di Mekkah. Dan kebiasaan ini terus beliau lakukan meski sudah berpindah di Madinah. Hal ini pun jauh lebih lama dibandingkan perintah puasa Ramadhan diturunkan.
Dan Rasulullah SAW sendiri tidak pernah melarang adanya puasa Muharam atau puasa Asyura untuk dilaksanakan.
Namun dikarenakan Nabi Muhammad SAW yang ketika itu mengetahui jika masyarakat Yahudi yang berada di Madinah melaksanakan ibadah puasa Muharam di hari ke 10 atau tanggal 10 Muharam. Maka Rasulullah SAW pun menurunkan perintah bagi umat dan para sahabat untuk memindahkan puasa Muharam atau puasa Asyura di hari ke 9. Hal ini dilakukan untuk membedakan puasa yang dilaksanakan oleh umat Islam dengan puasa yang dilaksanakan oleh Masyarakat Yahudi.
Lalu terdapat pula sebuah hadis yang menyatakan jika beberapa informasi yang diperoleh oleh Nabi SAW setelah beliau melaksanakan Hadi Wada. Namun Rasulullah SAW sendiri belum pernah melaksanakan puasa Asyura di hari ke 9 bulan Muharam dikarenakan beliau lebih dahulu wafat.
Sebuah informasi penting juga menyatakan jika puasa yang dilaksanakan kaum Yahudi pada hari ke 10 di bulan ke tujuh. Dan bulan tersebut bukanlah bulan Muharam.
Nah, itulah kira kira cerita singkat mengenai sejarah puasa Asyura yang meskipun informasi yang kami rangkum belum lengkap. Dan mungkin belum bisa diyakini kebenarannya. Karena informasi ini sendiri hanya didapatkan berdasarkan hadist yang tersebar. Namun meski begitu kamu harus tetap percaya jika puasa Asyura memiliki banyak kemuliaan dan menjadi puasa sunnah yang dapat diamalkan.